Label

Laman

Sabtu, 05 Februari 2011

Cara Membuat Pisang Coklat

Lezatnya Pisang Cokelat

Pisang cokelat merupakan makanan camilan yang belum dikenal banyak orang. Namun, bagi kebanyakan orang yang sudah merasakan makanan tersebut akan menggemarinya, karena rasanya lezat dan cocok sebagai makanan pendamping ketika santai. Makanan ini berupa pisang dan cokelat yang dibungkus menggunakan kulit lumpia kemudian digoreng. Selain pisang dan cokelat, isinya bisa juga berupa potongan atau cacahan buah nanas atau nangka. Bisa juga menggunakan selai strawberry.
Dalam membuat makanan ini, sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan segar agar pisang cokelat yang dihasilkan lezat. Terlebih bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan ini mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional. Selain itu juga, pemilihan lokasi berjualan yang strategis menjadi faktor penting dalam menjalankan usaha ini. Lokasi-lokasi yang cocok untuk berjualan pisang cokelat ini antara lain di sekitar kampus, sekolah, perumahan, atau perkantoran. Dan juga siswa sekolah atau mahasiswa juga menjadi konsumen potensial membeli makanan ini karena umumnya mereka menggemari camilan.
Untuk alat yang digunakan dalam berjualan pisang cokelat ini antara lain gerobak atau etalase, peralatan masak (kompor dan tabung gas, wajan, sutil, dan saringan minyak), aneka wadah plastik, pisau, dan pembungkus makanan. Dan kebanyakan para pedagang pisang cokelat ini menjual barang dagangan mereka (pisang cokelat) seharga Rp. 500,00 sampai dengan Rp. 1.000,00. Semakin besar ukuran pisangnya maka harga jualnya juga semakin tinggi.
Salah satu resiko dalam menjalankan usaha ini adalah produk yang memang belum dikenal oleh masyarakat seperti layaknya gorengan. Namun, hal tersebut justru menjadi peluang tersendiri, mengingat sifat masyarakat Indonesia yang suka mencoba produk baru. Hal paling penting dalam menjalankan usaha ini adalah pelayanan yang ramah dan berkualitas. Karena pelayanan yang memuaskan pelanggan termasuk salah satu kekuatan usaha yang sulit untuk ditiru pesaingnya.
Contoh resep pisang cokelat:

Bahan-bahan
Pisang uli yang matang
Kulit lumpia
Cokelat bubuk
Gula pasir
Cara membuat
  1. Kupas pisang uli, lalu potong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
  2. Campur cokelat bubuk dan gula pasir, aduk rata.
  3. Letakkan pisang di atas kulit lumpia. Tambahkan campuran cokelat, lalu gulung kulit lumpia hingga menutupi seluruh pisang dan cokelat. Rekatkan menggunakan sedikit larutan tepung terigu.
  4. Goreng hingga berwarna kecoklatan.
  5. Analisa ekonomi pisang cokelat
    
    Asumsi
    
    Masa pakai gerobak 3 tahun
    Masa pakai peralatan masak dan perlengkapan lain-lain 2 tahun
    
    a. Biaya investasi
    Gerobak                                                          Rp. 1.500.000,00
    Peralatan masak                                                  Rp.   600.000,00
    Perlengkapan lain-lain                                           Rp.   100.000,00
    Total investasi                                                  Rp. 2.200.000,00
    
    b. Biaya operasional per bulan
    1. Biaya tetap
    Penyusutan gerobak 1/36 x Rp. 1.500.000,00                       Rp.    41.700,00
    Penyusutan peralatan masak 1/24 x Rp. 600.000,000                Rp.    25.000,00
    Penyusutan perlengkapan lain-lain 1/24 x Rp. 100.000,00          Rp.     4.200,00
    Total biaya tetap                                                Rp.    70.900,00
    
    2. Biaya variable
    Kulit lumpia, pisang, nanas, dan nangka
    (Rp.36.000/hari x 30 hari)                                        Rp.1.080.000,00
    Minyak goreng (2 kg x Rp.9.000/kg x 30 hari)                      Rp.  540.000,00
    Gas ukuran 3 kg (1 tabung x Rp. 13.000/tabung x 30 hari)          Rp.  270.000,00
    Plastik dan kertas pembungkus                                     Rp.   50.000,00
    Sewa tempat                                                       Rp.   60.000,00
    Listrik, kebersihan,dan keamanan                                  Rp.   30.000,00
    Total biaya variable                                              Rp.2.030.000,00
    Total biaya operasional                                           Rp.2.100.900,00
    
    c. Penerimaan per bulan
    Penjualan pisang cokelat
    (170 porsi x Rp. 700/porsi x 30 hari)                             Rp.3.570.000,00
    
    d. Keuntungan per bulan
    Keuntungan = Total penerimaan-Total biaya operasional
    = Rp. 3.570.000,00 –Rp. 2.100.000,00
    = Rp. 1.469.100,00
    
    e. Revenue Cost Ratio (R/C)
    R/C= Total penerimaan : Total biaya operasioanal
    = Rp. 3.570.000,00 : Rp. 2.100.000,00
    = 1,7
    
    f. Pay Back Period
    Pay back period = (Total investasi : keuntungan) x 1 bulan
    = (Rp. 2.200.000,00 : Rp. 1.469.100,00) x 1 bulan
    = 1,5 bulan
    Diolah dari berbagai sumber dan buku “40 peluang bisnis makanan dan minuman kaki lima modal 2-8 juta: Agromedia”

Jumat, 31 Desember 2010

CARA MEMBUAT TEMPE...

Cara buat tempe

Bahanya : Kacang soya dan ragi tempe

Cuci bersih kacang soya dengan air

Rendam sebentar lalu remas-remas untuk menghilangkan kulit arinya lalu rendam dalam air

Setelah direndam selama semalam atau 8 jam, kedelai akan mekar seperti digambar

Lalu rebus kedelai dengan air selama 30 menit

Saat direbus akan keluar buih seperti di photo

Serok dengan sendok sayur dan buang buihnya

Setelah 30 menit, buang air rebusan dan aduk-aduk kembali kedelai diatas kompor dengan api kecil biar kering, tapi jangan sampai gosong ya

Pindahkan di tempat yang lebar agar kedelai bisa diangin-anginkan dan dingin

Setelah dingin *ga sedingin es* masih hangat malah lebih bagus, tapi jangan panas banget ya. Beri 1 sendok teh penuh ragi tempe untuk 1 kg kedelai

Aduk-aduk sampai ragi tercampur rata dengan kedelai

Bungkus kedelai dengan plastik dengan ukuran sesuai selera

Lalu dengan lilin rekatkan bungkus plastik agar tertutup rapat

Buat lobang ventilasi pada plastik dengan tusuk gigi atau sujen sate yang bersih, agak banyak lobangnya tapi jangan sampai merusak plastiknya. Lobangi atas bawah biar bisa bernapas nanti tempenya

Taruh diatas rak yang buat mendinginkan kue biar ada sirkulasi udara waktu fermentasi

Lalu letakan ditempat yang hangatnya stabil, musim winter gini dirumah sering nyalain perapian dan hawa panasnya selalu diatas dulu maka tak taruh tempenya diatas lemari dapur yang selalu hangat.

Dalam 36 jam voilá….. tempe siap diolah ;)
Semoga berguna ya… dan gutlak buat yang pengen bikin tempe sendiri

http://www.agsmat.net/2008/12/cara-membuat-tempe-sendiri.html

CARA MEMBUAT TEMPE

Cara membuat tempe - Cara membuat tempe itu mudah. Jangan belajar bisnis online belajar juga cara membuat tempe sendiri Bahan yang diperlukan untuk membuat tempe sangat sederhana:     
*1 kg kedelai
* ragi tempe 2 gram (belinya mah sekalian sebungkus)
* 4 kantong plastik putih ukuran 1 kg atau sesuai selera
* dan panci besar
Cara membuat tempe:
* Cuci kedelai sampai bersih kemudian rendam sampai 24 jam + 3 menit :-) lalu....

* Besok paginya setelah 24 jam lewat 3 menit cuci kedelai di air yang mengalir sambil diremas-remas agar kulit arinya lepas.
* Saatnya merebus. Rebus kedelai dalam panci besar dengan air secukupnya kurang lebih 33 menit atau sampai terlihat kedelainya empuk.
* Tiriskan sampai kering.
* Tuang kedelai dalam wadah yang lebar agar mudah dingin.
* Setelah dingin campur kedelai dengan ragi tempe sebanyak 2 gram atau sesuaikan dengan petunjuk pemakaiannya.
* Aduk sampai rata kemudian masukan ke dalam kantong plastik yang telah disiapkan.
* Atur ketebalannya kurang lebih 3,3 cm.
* Tutup plastiknya dengan api lilin.
* Lubangi plastik dengan tusuk gigi atau ujung pisau secukupnya
* Taruh di rak beruji agar kena sirkulasi udara, diamkan selama 36 jam + 3 menit
* Siap dimasak….
 
CARA MEMBUAT TEMPE :
Dengan semakin mahalnya harga tempe, kenapa kita gak coba bikin tempe sendiri. Caranya gak susah koq cuma mungkin perlu kesabaran.
Bahan:
Kacang kedelai 2kg
Ragi tempe 1 sdm
Tepung Sagu/Tapioka 1 sdm

Cara membuat:
Rebus Air di panci, setelah mendidih angkat.
Masukan kacang kedelai kedalam panci yang berisi air mendidih tadi, diamkan sampai air hangat.
Kacang kedelai tadi di buang kulitnya, sampai bersih.

Rebus kacang kedelai sampai airnya mengeluarkan buih/empuk.
Buang air rebusan tadi sampai kering, lalu masukan kacang kedelai kewadah yang datar yang bawahnya dialasi kain/handuk kecil, biar meresap dan tempe cepat kering.
setelah kacang kedelai kering, pindahkan tempe ke wadah yang cekung/bowl. Masukan Ragi tempe dan tepung sagu sambil di aduk aduk dan tercampur rata. Masukan Tempe kedalam Plastik dan rapatkan ujung plastiknya. Tusuk tusuk Plastik dengan ujung pisau sebanyak 8 tusukan dan di baliknya 8 tusukan,untuk mendapatkan udara.

Setelah semua selesai masukan tempe ke dalam tempat yang hangat/kotak, tutup dengan kain/handuk kecil, jangan di buka buka kurang lebih selama 36 jam.

Ragi tempe dapat diperoleh di penjual kacang kedelai, ragi ini beda dengan ragi roti atau ragi tape
Bahan:
-kedelai(terserah mau berapa aja aku saranin 1kg aja)
-ragi tempe(ragi tempe berbeda dengan ragi tape,ragi nya cukup 2gram)
-air bersih secukupnya
-plastik/daun pisang

alat:
-baskom
-panci dan kompor

Cara membuat tempe:
1.Kedelai direndam selama 5jam
2.Rebus kedelai setengah matang
3.Kupas kulit nya(bisa memakai mesin atau tangan)belah kedelai menjadi dua
4.Direndam 24 jam
5.Cuci sampai bersih
6.Direbus sampai mendidih
7.Diangkat dan tiriskan sampai dingin
8.Bersihkan kotorannya
9.Beri ragi tempe secara merata
10.Bungkus dengan daun pisang, jika memakai plastik masukan kedelai ke plastik lalu tutup rapat lalu bolongin(jangan sampai ada udara)
11.Tunggu beberapa hari(kalau saya membuat sudah jadi dalam 1 hari)

BUDIDAYA BELUT

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )
1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3. JENIS Klasifikasi belut adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidae Famili : Synbranchidae Genus : Synbranchus Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4. MANFAAT Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan 40± 30 cm dan belut jantan berukuran ±adalah belut betina berukuran cm. d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam 1 (satu) bulan sampai anak belut±pendederan calon bibit selama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
7.2. Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
8. PANEN Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
9. PASCAPANEN Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,- c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,- d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta